Kamis, 18 Maret 2010

SBY 2004-2009

KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
2004 – 2009

I. Pendahuluan

SBY lahir di lingkungan Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R Soekotjo dan Siti Habibah. Ayahnya R Soekotjo adalah seorang Bintara Angkatan Darat, sementara ibunya, Siti Habibah, putri salah seorang pendiri pondok pesantren Tremas. R Soektotjo memberi nama Susilo Bambang Yudhoyono karena penuh makna. Susilo berarti orang yang santun dan penuh kesusilaan. Bambang artinya ksatria. Yudho bermakna perang dan Yono berarti kemenangan. Jadi Susilo Bambang Yudhoyono berarti seorang yang santun, penuh kesusilaan,ksatria dan berhasil memenangkan setiap peperangan.SBY meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jendral TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad di mana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi Commander of United Nations Military Observers dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada 1995-1996.Setelah mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, beliau mengalami percepatan masa pensiun maju 5 tahun ketika menjabat Menteri di tahun 2000. Atas pengabdiannya, beliau menerima 24 tanda kehormatan dan bintang jasa, diantaranya Satya Lencana PBB UNPKF, Bintang Dharma dan Bintang Maha Putra Adipurna. Atas jasa-jasanya yang melebihi panggilan tugas, beliau menerima bintang jasa tertinggi di Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipurna.Sebelum dipilih rakyat dalam pemilihan presiden langsung, SBY melaksanakan banyak tugas-tugas pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pertambangan dan Energi serta Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan pada Kabinet Persatuan Nasional di jaman Presiden Abdurrahman Wahid. Beliau juga bertugas sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong-Royong di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada saat bertugas sebagai Menteri Koordinator inilah beliau dikenal luas di dunia internasional karena memimpin upaya-upaya Indonesia memerangi terorisme. SBY juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan Pembina di Brighten Institute, sebuah lembaga kajian tentang teori dan praktik kebijakan pembangunan nasional.

Sekilas tentang jenjang karir beliau, hingga akhirnya pada 2004 beliau menjanjikan sesuatu kepada rakyat indonesia antara lain:
1. Menekan angka pengangguran dari 10,1 persen dari total populasi (21,8 juta jiwa) menjadi 5,1 persen (10,5 juta jiwa).
2. Membuat APBN yang mendukung penciptaan lapangan kerja.
3. Penurunan angka kemiskinan dari 17,4 menjadi 8,2 persen dari jumlah penduduk di indonesia.
4. Kebijakan yang pro-pengusaha pribumi skala usaha kecil menengah (UKM).
Dan lain sebagainya.
Dalam pemilihan tahun 2004 beliau mengusung agenda “Indonesia yang Aman, Damai, Adil, Demokratis dan Sejahtera” dan pada tanggal 20 oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi presiden.
Sampai sekarang suara-suara pada saat kampanye di 2004 yang lalu masih terngiang ditelinga kita, dimana semua harapan kita sebagai warga negara dirangkul oleh presiden terpilih di pemilu presiden dan wakil presiden yang pertama kali dipilih langsung oleh rakyat.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beliaulah yang dipercayakan oleh seluruh rakyat di indonesia untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan rakyatnya. Pada makalah ini akan dibahas bagaimana kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada periode pertama mulai dari tahun 2004-2009, dikatakan seperti apakah kepemimpinan SBY tersebut, apa saja yang menjadi merah-biru rapor presiden pada kepemimpinannya periode pertama. Berhasil atau tidak !!
Itu semua akan dibahas lebih lanjut pada bab-bab berikut.



II. Latarbelakang Permasalahan.
Seperti yang pernah dikatakan oleh orang-orang terdahulu, bahwa menjadi pemimpin adalah menjadi pemegang amanah, dan disini berarti SBY adalah pemegang amanah rakyat yang apabila amanah tersebut tidak dilaksanakan maka itu namanya khianat, apasaja yang telah menjadi amanah rakyat adalah sebagaimana yang telah diuraikan di bab pendahuluan diatas.
Pertama, yang menjadi pokok permasalahan adalah penyusunan kabinet dalam kepemimpinan beliau, kabinet yang dinamakan Kabinet Indonesia Bersatu ini diharapkan tidak hanya mempersatukan indonesia namun bisa mencapai apa yang telah menjadi cita-cita presiden. Bisa kita lihat pada kabinet indonesia bersatu dibawah ini kebanyakan dari partai politik, tentu itu akan mempengaruhi kinerja karena bukan dari orang profesional, bukan berarti mengatakan bahwa yang dari partai politik tidak profesional dalam bekerja tapi tentu akan mempengaruhi karena yang dari partai politik akan memikirkan juga kepentingan partainya dan menjadi tidak fokus dalam memikirkan kepentingan rakyat.
(dalam hal ini Kabinet Indonesia Bersatu mengalami reshuffle)
MENTERI KOORDINATOR
• Menko Politik Hukum dan Keamanan : Laksamana (Purn) Widodo AS (Purn)
• Menko Perekonomian : Aburizal Bakrie (Golkar)
• Menko Kesra : Alwi Shihab (PKB)
• Sekretaris Negara : Yusril Ihza Mahendra (PBB)
MENTERI DEPARTEMEN
• Menteri Dalam Negeri : Let. Jen. Purn. Ma’ruf (Purn)
• Menteri Luar Negeri : Nur Hassan Wirajuda
• Menteri Pertahanan : Juwono Sudarsono
• Menteri Hukum dan HAM : Hamid Awaluddin
• Menteri Keuangan : Yusuf Anwar (Profesional)
• Menteri Pertambangan dan Energi : Purnomo Yusgiantoro
• Menteri Perindustrian : Andong Nitimiharja
• Menteri Perdagangan : Mari E. Pangestu (Profesional)
• Menteri Pertanian : Anton Apriantono (usulan PKS?)
• Menteri Kehutanan : M.S. Kaban (PBB)
• Menteri Perhubungan : Hatta Radjasa (PAN)
• Menteri Kelautan dan Perikanan : Laksamana Muda Freddy Numberi (Purn)
• Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Fahmi Idris (Golkar)
• Menteri Pekerjaan Umum : Joko Kirmanto
• Menteri Kesehatan : Siti Fadhilah Supari
• Menteri Pendidikan Nasional : Bambang Sudibyo (PAN)
• Menteri Sosial : Bachtiar Chamsyah (PPP)
• Menteri Agama : Muhammad Maftuh Basyuni
MENTERI NEGARA
• Menteri Kebudayaan dan Pariwisata : Jero Wajik (PD)
• Menteri Riset dan Teknologi : Kusmayanto Kadiman (Profesional)
• Menteri Koperasi dan UKM : Suryadarma Ali (PPP)
• Menteri Lingkungan Hidup : Rachmat Witoelar (Tim Sukses)
• Menteri Pemberdayaan Perempuan : Meutia Farida Hatta (PKPI)
• Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara : Taufiq Effendi (PD)
• Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal : Saifullah Yusuf (PKB)
• Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional : Sri Mulyani
• Menteri BUMN : Sugiharto
• Menteri Komunikasi dan Informasi : Sofyan A.Djalil (Tim Sukses)
• Menteri Pemuda dan Olahraga : Adhyaksa Dault (usulan PKS?)
• Menteri Perumahan Rakyat : Muhammad Yusuf Ashari (usulan PKS?)
PEJABAT SETINGKAT MENTERI
• Jaksa Agung : Abdul Rahman Saleh (Profesional)
Sekretaris Kabinet : Sudi Silalahi (Purn)
Kedua, pemerintahan SBY pada 2004-2009 begitu lemah dalam membentuk ekonomi yang mandiri pada bangsa ini sehingga tidak siapa dalam menghadapi kebijakan ekonomi global dan bencana alam.
Ketiga, pemerintah malah membuat kebijakan-kebijakan yang membuat bangsa ini menjadi manja, bukan membentuk bangsa yang mandiri, bangsa yang siap bersaing.
Kita tahu BLT begitu sangat terasa oleh masyarakat bawah, akan tetapi itu sama saja memanjakan masyrakat, tapi dalam kebijakannya yang mendukung kemnadirian bangsa pemerintah lebih cenderung mempersulit. Seperti halnya kebijakan Usaha Kecil Menengah.
Ada beberapa pencapaian dari kepemimpinan SBY yang bersumber dari LIRA(lumbung inspirasi rakyat), antara lain:
Pertama, pemberantasan korupsi telah memproses sekitar 200-an pejabat negara yang meliputi 18 anggota MPR/DPR, 1 anggota DPD, 10 gubernur, 53 bupati, 18 wakil bupati, 13 walikota, dan 4 wakil walikota. Di samping itu, lebih dari 4.000 kasus tindak pidana korupsi ditangani KPK, Kejaksaan dan Kepolisian.
Kedua, keberhasilan diselesaikannya isu pelanggaran HAM di Timor Timur (kini Negara Timor Leste). Dari situ, sambil terus memperkokoh kehidupan berdemokrasi, juga terus diupayakan oleh pemerintahan SBY agar tidak terulang tindakan-tindakan pelanggaran HAM serta dapat terjaganya penegakan hukum.
Ketiga, kerja keras pemerintah dalam memenuhi komitmen dalam menghormati, memajukan, dan melindungi HAM, pada tingkat nasional maupun internasional, mendapat apresiasi tinggi dari sejumlah negara di dunia. Penghargaan ini diberikan, juga dikarenakan Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia telah mampu membuktikan bahwa Islam dapat berjalan beriringan dengan demokrasi.
Jika kita lihat dari pencapaian menurut LIRA ini yang menjadi sorotan publik hanyalah pemberantasan korupsi, tapi janji-janjinya semasa kampanye 2004 silam belum ada yang begitu terasa oleh rakyat indonesia.
Kita bisa lihat bagaimana realisasi beliau pada janjinya, seperti ingin menekan jumlah pengangguran. Pemerintah bersama Kadin Indonesia menggelar Indonesian Infrastructure Summit di Hotel Shangri-La, Jakarta, 17-18 Januari lalu. Di sana pemerintah menawarkan 91 proyek infrastruktur kepada investor swasta nasional dan asing. Nilainya Rp 202 triliun dan diharapkan realisasinya mampu menciptakan lapangan kerja baru 600 ribu per tahun.
Menciptakan 600 ribu lapangan kerja untuk setiap tambahan satu persen pertumbuhan ekonomi bukan pekerjaan mudah. Sekarang saja, untuk menciptakan 250 ribu pekerjaan per satu persen pertumbuhan, pemerintah sudah kelimpungan. Bagaimana cara dan upaya apa yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja sebanyak itu? Apa mau diarahkan mengisi sektor informal sebagai pedagang kaki lima atau asongan, yang tidak perlu izin usaha dan membayar pajak karena prinsip asal bekerja saja? Cuma, kalau mau mengembangkan sektor informal, semua lapangan terbuka akan dijejali pedagang dan justru makin sulit ditertibkan. (Pengamat ekonomi Faisal Basri, Kompas, 8 November 2004).
Janji nya yang akan membuat APBN yang mendukung penciptaan lapangan kerja.
Menteri Keuangan Yusuf Anwar menyatakan, pemerintah merevisi asumsi ekonomi makro APBN 2005. Target pertumbuhan ekonomi yang semula 5,4 persen dinaikkan menjadi 5,5 persen. (Menteri Keuangan di Komisi Keuangan DPR RI, 9 Desember 2004).
Dengan hanya mengubah target pertumbuhan 0,1 persen, secara umum, berdasarkan hitungan para ekonom, lapangan kerja hanya akan bertambah 25 ribu-40 ribu.(pengamat ekonomi).
Penurunan angka kemiskinan dari 17,4 persen menjadi 8,2 persen dari jumlah penduduk indonesia, seperti yang pernah beliau katakan "Nanti akan ada organisasi yang saya pimpin langsung untuk pemberantasan korupsi. Demikian juga masalah kesejahteraan rakyat. Pengurangan kemiskinan pun sangat mendesak. Akan ada suatu dewan atau tim yang juga saya pimpin langsung untuk menanganinya." (Wawancara SBY di Tempo, 19 September 2004).
Namun belum ada langkah yang konkret untuk mengurangi angka kemiskinan.
Tentu saja BLT tidak akan berpengaruh pada angka kemiskinan, melainkan hanya untuk menenangkan keresahan warga miskin saja.







III. Pembahasan
Gaya kepemimpinan SBY periode pertama tahun 2004-2009.
Seorang pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan tersendiri. Begitu pula seorang
presiden, tentu memiliki gaya kepemimpinan tersendiri
dalam penyelenggaraan negara dan memimpin pemerintahannya.
Gaya kepemimpinan itu melekat pada diri seseorang yang dibentuk dari proses
panjang berdasarkan lingkungan tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, latar
belakang keluarga, pendidikan, lingkungan teman, lingkungan kerja,
nilai-nilai yang diemban, dan pengaruh lainnya.

Mantan presiden Soekarno, misalnya, memiliki gaya kepemimpinan yang sangat
populis, bertemperamen meledak-ledak, tidak jarang lembut, dan menyukai
keindahan. Sedangkan gaya kepemimpinan bekas wapres M. Hatta sama sekali
berbeda dengan Soekarno. Pembawaan Hatta formal dan agak dingin, sangat
disiplin, teknokratis, dan tipe moralis murni.

Sementara mantan presiden Soeharto mahir dalam strategi, detailis sekaligus
pandai menggunakan kesempatan. Pembawaan Soeharto formal dan tidak hangat
dalam bergaul.

Gaya bekas presiden B.J. Habibie lain lagi. Habibie sangat terbuka dalam
berbicara tetapi tidak pandai mendengar, akrab dalam bergaul, dan tidak
jarang eksplosif, sangat detailis, suka uji coba tetapi kurang tekun dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam penyelenggaraan negara, Habibie pada
dasarnya seorang liberal karena kehidupan dan pendidikan yang lama di dunia
Barat.

Mantan presiden Abdurrahman Wahid adalah seorang kiai yang sangat liberal
dalam pemikirannya, penuh dengan ide, sangat tidak disiplin, dan bergaya
kepemimpinan ala LSM.

Presiden Megawati Soekarnoputri berpenampilan tenang dan tampak kurang acuh
dalam menghadapi persoalan. Tetapi dalam hal-hal tertentu Megawati memiliki
determinasi dalam kepemimpinannya, misalnya, mengenai persoalan di BPPN,
kenaikan harga BBM, dan pemberlakuan darurat militer di Nanggroe Aceh
Darussalam.

Dan yang menjadi pembahasan adalah gaya kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama tahun 2004-2009.
SBY, memiliki latar belakang keluarga hidup yang
sederhana. Dari kalangan prajurit kelas bawah, hidup SBY juga perih dan
penuh dengan kesulitan, apalagi dari daerah Pacitan yang tandus dan sering
banjir.

Sang ibu, Siti Habibah, dari pembawaan dan
wajahnya, tampak sangat santri.
Siapakah yang tidak mengenal Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, mertua SBY,
super star tahun 1965/1966? Meski seorang jenderal, kehidupan Sarwo Edhie
sederhana dan tetap tinggal di kompleks Kopassus, Cijantung, Jakarta, hingga
akhir hayatnya.

Latar belakang keluarga SBY penuh dengan keprihatinan dan
kesederhanaan hidup. Modal hidup ini penting untuk merajut solidaritas
sosial dan nasional.

Pembawaan SBY, karena dibesarkan dalam lingkungan tentara dan ia juga
berlatar belakang tentara karir, tampak agak formal. Kaum ibu tertarik
kepada SBY karena ia santun dalam setiap penampilan dan apik pula berbusana.
Penampilan semacam ini meningkatkan citra SBY di mata masyarakat.

SBY adalah seorang militer intelektual, bisa dibandingkan dengan Jenderal
Soewarto yang pernah menjabat sebagai Komandan Seskoad tahun 1960-an. Dari
sana dilahirkan berbagai konsep mendasar tentang ketentaraan dan
pemerintahan pada awal-awal kelahiran Orde Baru.

SBY tajam dalam analisis dan karenanya
tidak aneh jika selalu nomor wahid di sekolahnya. Ketajaman dan kecermatan
SBY dalam menganalisis adakalanya dapat mengurangi tingkat determinasi dalam
pengambilan keputusan.

SBY adalah sosok yang perfeksionis. Ia selalu tampil rapi dengan tutur kata yang tertata. SBY pasti sadar bahwa ia seorang pria yang dikaruniai Tuhan dengan wajah cukup ganteng. Dan, ia betul-betul memanfaatkan ketampanannya setiap kali tampil di depan pers. Seolah kegantengannya dan penampilannya yang dandy merupakan daya tarik tersendiri yang harus selalu ‘dijual’ kepada publik setiap kali ia tampil.

”Pakaian yang dikenakan –apakah berupa setelan jas atau batik- selalu berkualitas No. 1 dengan warna, motif, dan ukuran mantap, mencerminkan seleranya berbusana yang tinggi. Ketika itu ia mungkin lebih pas diberikan predikat sebagai ‘foto model’ atau ‘aktor’ daripada seorang ‘kepala “.

Sebagai seorang perfeksionis, SBY selalu berusaha berkomunikasi dengan bahasa tubuh dan verbal yang sempurna. Namun, gaya bahasanya seringkali high-context, cenderung berputar-putar, terutama ketika ia belum siap dengan keputusannya.

Sayang, tidak banyak hal tersembunyi yang terungkap dalam analisis terhadap gaya komunikasi politik SBY. Mungkin para pembantunya belum ada yang berani bicara terbuka karena Bapak Presiden masih berkuasa.

SBY dinilai mempunyai gaya kepemimpinan mirip Soeharto. Kemiripannya memandang negara sebagai satu kesatuan yang kolektif dengan membuang individu yang berada di dalamnya. Demikian hal ini dikatakan oleh pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit saat dihubungi Klikp21.com melalui sambungan telepon, Sabtu (17/10/2014).
Arbi mengatakan tidak hanya itu saja SBY juga melihat negara sebagai organ yang organik sehingga perlu memperbesar pendukung untuk berada dalam kendalinya. Dia juga menambahkan ujung-ujungnya pendukung SBY itu tidak dijadikan partner melainkan sebagai kuli.

"SBY melihat negara sebagai organ yang organic maka dia perlu memperbesar pendukung mengumpulkan semuanya dalam kendalinya,” katanya.

Arbi menambahkan pendukung yang dijadikan kuli oleh SBY antara lain Jusuf Kalla bersama Partai Golkar, tak hanya itu dalam proses pemilihan Ketua MPR, SBY juga tidak memperdulikan PKS yang memberikan dukungannya.

"Dia seperti raja seperti halnya Soeharto di era kekuasaannya dulu, saat ini semua pengikutnya seperti menghamba kepada SBY," (Arbi Sanit, pengamat politik Universitas Indonesia).

Kepemimpinan SBY mirip dengan mantan Presiden Soeharto juga terlihat pada caranya menghindari kebijakan-kebijakan yang kontroversi,
satu contoh kita lihat pada saat pengumuman kebijakan menurunkan bahan bakar minyak (BBM) sang presiden tampil langsung kedepan publik, namun pada saat pengumuman kenaikan, SBY memerintahkan Bapak H.M. Jusuf Kalla selaku wakil presidennya untuk mengumumkan kebijakan tersebut, entah untuk menghindar dari publik atau apa, hanya tuhanlah yang tahu.

Kepemimpinan SBY juga terkesan otoriter terhadap suatu kebijakan, seperti halnya kebijakan konversi minyak tanah ke gas pada dapur rumah tangga, dimana begitu banyak masyarakat yang belum mengerti apa tujuannya dan akan diapakan atau dikemanakan minyak tanah tersebut. Warga masyarakat hanya disuguhi dengan slogan-slogan bahwasannya penggunaan gas pada dapur rumah tangga akan lebih efektif. Lebih aman, mudah digunakan, dan ramah lingkungan. Jika kita lihat dari segi ramah lingkungan itu masih rasional, dan benar jika dikatakan mudah digunakan, tapi jika dikatakan aman saya kira itu salah besar. Kita bisa lihat begitu banyaknya kejadian ledakan dirumah tangga khususnya menengah ke bawah itu penyebabnya ada gas dapur mereka. Pemerintah tidak memberikan jaminan keamanan yang betul-betul kepada masyarakat yang mengikuti kebijakannya.


Kepemimpinan SBY juga terlihat sangat rancu pada saat akhir-akhir periode pertamanya, pada saat kejadian BOM di Hotel J.W. Mariot dan The Ritz Carlton, yang berpidato langsung dengan menunjukan poster wajahnya yang bolong untuk dijadikan latihan teroris di indonesia, sikapnya yang terlihat emosional sangat tidaklah wajar sebagai pemimpin, bukan malah menenangkan warganya tapi dia malah seolah-olah mencari simpatik dengan menunjukan poster tersebut.

Kepemimpinan SBY mulai tahun 2004-2009 bisa dikatakan berhasil, dimana beliau berhasil memperoleh simpatik masyarakat bukan apa yang dibutuhkan masyrakat, beliau juga berhasil dalam menempatkan orangnya dalam pemerintahan untuk membangun kekuatan politik dan untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan, baik itu partai politik, atlit, mahasiswa ataupun golongan bawah sekalipun.
Beliau juga tidak pandang bulu dalam melaksanakan kegitannya seperti pemberantasan korupsi, seperti yang kita ketahui beliau juga menjebloskan besannya sendiri Bapak Aulia Pohan selaku Deputi Gubernur Bank Indonesia. Walaupun ada pihak-pihak tertentu memandang itu strategi politiknya, kenapa pada akhir-akhir kepemimpinannya atau menjelang pemilu 2009 kasus tersebut baru diangkat ke permukaan dan lansung menjadi sorotan publik.

Kepemimpinan SBY juga dikenal dengan kecerdikan otaknya dan keluwesan lidahnya dalam bermain kata-kata sindirian. Hal tersebut terlihat ketika ada orang yang dianggapnya saingannya atau yang ingin menyainginya memberikan kritikan kepadanya pastilah selalu ditanggapi beliau dengan kata-kata sindiran.


IV. Kesimpulan
Susilo Bambang Yudhoyono, menjalankan kepemimpinannya dengan cara yang legowo, membangun kekuatan dengan meletakan orang-orang pilihannya di berbagai sektor penting, muncul atau menghilang dihadapan publik dengan timing yang pas, dengan strategi-strategi yang sangat cerdik. Kepemimpinan SBY pada 2004-2009 bisa dikatakan hanya berhasil membangun kekuatan dan mendapatkan simpatik masyarakat. Karena masih banyak terlihat kematian yang disebabkan karena kelaparan, tidak sanggup akan besarnya biaya kesehatan di rumah sakit, bahkan ketidaksiapan warga dalam menghadapi bencana. Kepemimpinan SBY periode pertama betul-betul hanya ingin menunjukkan kekuasaan indvidualnya di negeri ini pada dunia internasional.


V. Daftar Pustaka

Kompas, 2004
Tempo, 2004
Detik.com
Klikp21.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar